Minggu, 03 Oktober 2010

gandrung


GANDRUNG

Tarian gandrung berasal dari Banyuwangi,tarian gandrung dibawakan oleh seorang wanita yang menari dengan profesional yang menari bersama – sama tamu,terutama tamu laki – laki.Dengan diiringi musik gamelan,tarian gandrung merupakan seni pertunjukan yang diiringi musik khas perpaduan Jawa dan Bali.Tarian gandrung dilakukan dalam bentuk berpasangan antara perempuan dan laki – laki. Tarian gandrung ini sangat khas sekali di Banyuwangi,dan Banyuwangi sering diidentikan dengan tarian gandrung.Dan diberbagai sudut wilayah Banyuwangi,dapat juga dijumpai patung penari gandrung.
Gandrung sering dipentaskan diberbagai acara seperti perkawinan,khitanan dan lain-lain.Wanita yang pertama menarikan gandrung dikenal dengan nama Semi,dulu pada saat Semi berumur 10 tahun,Semi menderita penyakit yang cukup parah segala cara telah dilakukan hingga ke dukun tapi penyakitnya tak kunjung sembuh juga.Akhirnya ibu Semi bernazar jika Semi sembuh maka dia akan dijadikan seblang,tapi kalau tidak, tidak jadi.Dan ternyata akhirnya Semi sembuh,kemudian oleh ibunya Semi dijadikan seblang dan memulai babak baru,gandrung ditarikan oleh wanita.
Tradisi tarian gandrung yang dilakukan Semi ini kemudian diikuti oleh adik-adik perempuannya.Pada mulanya gandrung hanya boleh ditarikan oleh para keturunan penari gandrung sebelumnya, namun sejak tahun 1970-an mulai banyak gadis-gadis muda yang bukan keturunan gandrung mempelajari tarian ini.Pada setiap pementasan gandrung,para pengisi harus menyiapkkan “peras” ,karena jika tidak maka salah satu pengiring atau penari gandrung akan sakit.
Tata busana penari Gandrung Banyuwangi sangat khas, Busana untuk tubuh terdiri dari baju yang terbuat dari beludru berwarna hitam, dihiasi dengan ornamen kuning emas, serta manik-manik yang mengkilat dan berbentuk leher botol yang melilit leher hingga dada, sedang bagian pundak dan separuh punggung dibiarkan terbuka. Di bagian leher tersebut dipasang ilat-ilatan yang menutup tengah dada dan sebagai penghias bagian atas. Pada bagian lengan dihias masing-masing dengan satu buah kelat bahu dan bagian pinggang dihias dengan ikat pinggang dan sembong serta diberi hiasan kain berwarna-warni sebagai pemanisnya. Selendang selalu dikenakan di bahu.
Dibagian kepala penari gandrung dipasangi seperti mahkota yang disebut dengan omprok yang terbuat dari kulit kerbau. Selanjutnya pada mahkota tersebut diberi ornamen berwarna perak yang berfungsi membuat wajah sang penari seolah bulat telur,pada bagian bawah penari gandrung menggunakan kain batik yang bercorak macam – macam.Tetapi corak yang sering di gunakan oleh penari gandrun adalah corak gajah oling, dan corak ini membuat ciri khas penari gandrung.
 Dalam Pertunjukan gandrung,gandrung memiliki 3 tahap yaitu :
  • Menyanyi sendiri atau jejer
  • Melayani tamu atau maju
  • Cerita – cerita atau seblang subuh
Menyanyi sendiri atau jejer tahapan ini adalah dimana penari gandrung menyanyikan beberapa lagu dengan sendirian atau solo tanpa ditemani oleh tamu,para tamu yang mayoritas adalah laki – laki hanya menyaksikan saja.Tahapan ini adalah pembuka seluruh pertunjukan gandrung.Tahap kedua yaitu melayani tamu atau maju,setelah tahap menyanyi sendiri atau jejer selesai,maka mulailah penari memberikan selendang kepada para tamu,tapi tamu – tamu penting terlebih dahulu yang mendapat kesempatan menari bersama.Acara ini diselang-seling antara maju dan repèn (nyanyian yang tidak ditarikan), dan berlangsung sepanjang malam hingga menjelang subuh. Kadang-kadang pertunjukan ini menghadapi kekacauan, yang disebabkan oleh para penonton yang menunggu giliran atau mabuk, sehingga perkelahian tak terelakkan lagi.
            Tahapan yang ketiga adalah cerita – cerita atau seblang subuh,pada bagian ini merupakan penutup dari seluruh rangkaian pertunjukan gandrung Banyuwangi. Setelah selesai melakukan maju dan beristirahat sejenak, dimulailah bagian seblang subuh. Dimulai dengan gerakan penari yang perlahan dan penuh penghayatan, kadang sambil membawa kipas yang dikibas-kibaskan menurut irama atau tanpa membawa kipas sama sekali sambil menyanyikan lagu-lagu bertema sedih seperti misalnya seblang lokento. Tapi Pada masa sekarang ini, bagian seblang subuh kerap dihilangkan meskipun sebenarnya bagian ini menjadi penutup satu pertunjukan pentas gandrung.
            Kesenian gandrung sampai saat ini masih ada walaupun terdapat arus globalisasi,bahkan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi,mulai mewajibkan setiap siswanya dari SD hingga SMA untuk mengikuti ekstrakurikuler kesenian Banyuwangi. Salah satu di antaranya diwajibkan mempelajari tari Jejer yang merupakan sempalan dari pertunjukan gandrung Banyuwangi. Itu merupakan salah satu wujud perhatian pemerintah setempat terhadap seni budaya lokal yang sebenarnya sudah mulai terdesak oleh pentas-pentas populer lain seperti dangdut dan campursari.
            Di sisi lain, penari gandrung tidak pernah lepas dari prasangka atau citra negatif di tengah masyarakat luas. Beberapa kelompok sosial tertentu, terutama kaum santri menilai bahwa penari Gandrung adalah perempuan yang berprofesi amat negatif dan mendapatkan perlakuan yang tidak pantas, tersudut, terpinggirkan dan bahkan terdiskriminasi dalam kehidupan sehari-hari.



DAFTAR PUSTAKA
  1. http://www.banyuwangikab.go.id/kesenian-daerah/kesenian-gandrung.html
  2. http://www.budpar.go.id/page.php?ic=543&id=151