Minggu, 28 November 2010

Pendekatan Sosial Budaya Kebidanan Melalui Paguyuban dan Sitem Banjar

CARA – CARA PENDEKATAN SOSIAL BUDAYA DALAM PRAKTEK KEBIDANAN MELALUI PAGUYUBAN DAN SISTEM BANJAR


Pendekatan dalam system paguyuban
Paguyuban adalah suatu kelompok atau masyarakat yang diantara para warganya di warnai dengan hubungan-hubungan sosial yang penuh rasa kekeluargaan, bersifat batiniah dan kekal,serta jauh dan pamrih-pamrih.

CIRI-CIRI PAGUYUBAN

Menurut Ferdinand tones cirri-ciri pokok dari paguyuban antara lain :
1. Intimate : hubungan menyeluruh yang mesra
2. Private : hubungan bersifat pribadi, yaitu khusus untuk beberapa orang saja
3. Exclusive :bahwa hubungan tersebut,hanyalah untuk “kita” saja
dan tidak untuk orang lain diluar “kita”.
Sedangkan secara umum ciri-ciri paguyuban yaitu :
1. Adanya hubungan perasaan kasih sayang
2. Adanya keinginan untuk meningkatkan kebersamaan
3. Tidak suka menonjolkan diri
4. Selalu memegang teguh adat lama yang konservatif
5. Sifat gotong royong masih kyat
6. Hubungan kekeluargaan masih kental

TIPE PAGUYUBAN

Paguyuban memiliki tiga tipe yang ada di masyarakat yaitu :
1. Paguyuban karena ikatan darah (Gemeinschaft by blood )
Yaitu paguyuban bedasarkan keturunan contoh kelompok
kekeluargaan,keluarga besar
2. Paguyuban karena tempat (gemeinschaft by place )
Yaitu paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang berdekatan tempat tinggal sehingga dapat saling tolong menolong contohnya :
arisan,RT,RW,karang taruna,PKK,pos kambling, atau ronda
3. Paguyuban karena jiwa pikiran(gemneinschaft by mind)
Yaitu paguyuban yang terdiri dari orang yang tidak mempunyai hubungan darah atau tempat tinggalnya tidak berdekatan, akan tetapi mereka mempunyai jiwa dan pikiran yang sama,paguyuban semacam itu tidak sekuat dengan ikatan paguyuban berdasarkan keturunan.contohnya organisasi.


PEMBAHASAN PELAYANAN KEBIDANAN DENGAN PENDEKATAN PAGUYUBAN.
Dalam rangka peningkatan kualitas dan mutu pelayanan kebidanan,diperlukan pendekatan-pendekatan khususnya paguyuban.untuk itu kita sebagai tenaga kesehatan khususnya calon bidan agar mengetahui dan mampu melaksanakan berbagai upaya untuk meningkatkan peran aktif masyarakat agar masyarakat sadar pentingnya kesehatan.misalnya saja dengan mengadakan kegiatan posyandu di puskesmas puskesmas


Pendekatan dalam sistem banjar
Dalam kelompok – kelompok yang mengikat orang bali berdasarkan atas prinsip keturunan. Ada pula bentuk kesatuan-kesatuan sosial yang didasarkan kesatuan wilayah,ialah desa. Kesatuan-kesatuan sosial serupa itu kesatuan yang diperkuat oleh kesatuan adat dan upacara-upacara keagamaan yang keramat. Pada umumnya tampak beberapa perbedaan,antara desa dipegunungan dan desa adat di tanah datar. Menjadi warga desa adat dan mendapat tempat duduk yang khas dibalai desa yang disebut bale agung,dan berhak mengikuti rapat-rapat desa yang diadakan secara teratur pada hari-hari tatap.
Cara – cara pendekatan bidan dalam wilayah banjar Bali
Para bidan mempunyai berbagai cara untuk pendekatan di antaranya :
• Menggerakan dan membina peran serta masyarakat. Dalam bidang kesehatan, dengan melakukan penyuluhan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan kesehatan setempat.
• Pemerintah memberikan, menerapkan, dan menjalankan PosKesDes ( Pos Kesehatan Desa ), yang ditunjukan kepada seluruh masyarakat setempat, dan terjangkau sampai ke daerah pedalaman.
• Penyuluhan kesehatan Masyarakat ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat .
• Membina dan memberikan bimbingan dan tekhnis kepaa kader termaksud dukun, ( peran bidan sebagai pendidik ).Bersama kelompok dan masyarakat menanggulangi masalah kesehatankhususnya yang berhubungan dengan kesehatan para ibu, anak, dan KB.

Pendekatan Sosial Budaya Kebidanan Melalui Kesenian Tradisional

Pendekatan Sosial Budaya Dalam Praktik Kebidanan Melalui Kesenian Tradisional




Pelayanan praktik kebidanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pelayanan rumah sakit. Oleh karena itu, tenaga bidan bertanggung jawab memberikan pelayanan kebidanan yang optimal dalam meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan kebidanan yang diberikan selama 24 jam secara berkesinambungan. Bidan harus memiliki keterampilan professional, ataupun global. Agar bidan dapat menjalankan peran fungsinya dengan baik, maka perlu adanya pendekatan sosial budaya yang dapat menjembatani pelayanannya kepada pasien.
Program pelayanan kebidanan yang optimal dapat dicapai dengan adanya tenaga bidan yang professional dan dapat diandalkan dalam memberikan pelayanan kebidanannya berdasarkan kaidah-kaidah profesi yang telah ditentukan,seperti memiliki berbagai pengetahuan yang luas mengenai kebidanan, dan diterapkan oleh para bidan dalam melakukan pendekatan asuhan kebidanan kepada masyarakat.
Dalam memberikan pelayanan kebidanan, seorang bidan lebih bersifat :
1. Promotif, bidan yang bersifat promotif berarti bidan berupaya menyebarluaskan informasi melalui berbagai media Metode penyampaian, alat bantu, sasaran, media, waktu ideal, frekuensi, pelaksana dan bahasa serta keterlibatan instansi terkait maupun informal leader tidaklah sama di setiap daerah, bergantung kepada dinamika di masyarakat dan kejelian kita untuk menyiasatinya agar informasi kesehatan bisa diterima dengan benar dan selamat. Penting untuk diingat bahwa upaya promotif tidak selalu menggunakan dana negara, adakalnya diperlukan adakalanya tidak. Selain itu, penyebaran informasi hendaknya dilakukan secara berkesinambungan dengan memanfaatkan media yang ada dan sedapat mungkin dikembangkan agar menarik dan mudah dicerna. Materi yang disampaikan seyogyanya selalu diupdate seiring dengan perkembangan ilmu kesehatan terkini.
2. Preventif berarti bidan berupaya pencegahan semisal imunisasi, penimbangan balita di Posyandu dll. Kadang ada sekelompok masyarakat yang meyakini bahwa bayi berusia kurang dari 35 hari (jawa: selapan) tidak boleh dibawa keluar rumah.
3. Kuratif berarti bidan tidak dikehendaki untuk mengobati penyakit terutama penyakit berat.
4. Rehabilitatif berarti bidan melakukan upaya pemulihan kesehatan, terutama bagi pasien yang memerlukan perawatan atau pengobatan jangka panjang.


Serta seorang bidan juga harus mampu menggerakkan Peran serta Masyarakat khususnya, berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak remaja dan usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung jawabnya. Agar bidan dapat menjalankan praktik atau pelayanan kebidanan dengan baik,hendaknya bidan melakukan beberapa pendekatan misalnya pendekatan melalui kesenian tradisional.
pengertian dari seni pada mulanya berasal dari kata Ars (latin) atau Art (Inggris) yang artinya kemahiran.Tetapi beberapa juga ada yang mengatakan bahwa kata seni berasal dari bahasa belanda yang artinya genius atau jenius. Sementara kata seni sendiri dalam bahasa Indonesia berasal dari kata sangsekerta yang berarti pemujaan atau persembahan. Namun dalam bahasa tradisional jawa, seni mempunyai arti rawit pekerjaan yang rumit – rumit / kecil. hanya memenuhi isi perut, tetapi perlu juga memenuhi pandangan indah serta suara merdu, semua kebutuhan manusia tersebut dapat dipenuhi melalui kesenian.
 Kesenian secara umum
Secara umum kesenian dikenal dengan suatu rasa keindahan karena diperuntukkan guna melengkapi kesejahteraan hidup manusia. Rasa keindahan yang dirasakan oleh seseorang tersebut, dapat dimiliki dan disalurkan oleh setiap orang ke orang lain lagi.
 Kesenian tradisional
Kesenian tradisional adalah kesenian yang dipegang teguh pada norma dan adat kebiasaan,yang ada secara turun menurun atau kesenian baru,hasil dari pengembangan kebudayaannya.
1. Apresiasi Seni
Apresiasi Seni adalah kesadaran akan nilai seni yang meliputi pemahaman dan kemampuan untuk menghargai karya seni, seseorang yang memiliki rasa apresiasi seni berarti orang tersebut memiliki kesadaran akan nilai dari sebuah karya seni sehingga orang tersebut mampu menghargai karya seni tersebut.
Yang menjadi sumber apresiasi seni adalah :
a. Kepekaan eksistensi yang berkembang pada diri masing-masing, yang tidak disadari sesuai dengan lingkungan yang membinanya.
b. Pengetahuan kesenian yang meliputi pengetahuan mengenai karya seni, sejarah seni, perkembangan kesenian dan estetika manusia. Hakikat karya seni adalah wujud dari hasil dan usaha untuk mengungkapkan gagasan persepsi citreu pemecahan bentuk dan penemuan-penemuan baru. Hakekat karya seni adalah wujud dari hasil dan usaha.


2. Peranan Seni
Seni memliki beberapa peranan, diantaranya :
a. Seni sebagai kebutuhan.
Seni sebagai kebutuhan berarti seni merupakan salah satu dari beberapa kebutuhan bagi manusia yang perlu dipenuhi. Dalam memenuhi kebutuhan hidup maka manusia melengkapi dirinya dengan berbagai perlengkapan dan peralatan sebagai penunjang atau pelengkap untuk penyempurnaan pekerjaannya.
b. Seni sebagai ungkapan gagasan dan alat komunikasi
1) Sebagai ungkapan gagasan
Seni sebagai gagasan berarti seni dapat digunakan untuk mengungkapkan buah pikiran dalam suatu wujud, yang nyata dan dapat ditanggapi atau dipergunakan oleh orang lain.
2) Alat komunikasi
Berisi pesan yang diinformasikan pada orang lain, dan masyarakat baik dalam bentuk buah pikiran, perasaan, maupun segala harapan dapat juga berupa pernyataan kritik, ketidaksetujuan atau ketidaksepahaman biasanya diungkapkan dalam bentuk karton dan nyanyian dalam drama modern.
3) Kesenian Sebagai Pembentuk Peradaban Manusia
Kesenian dalam kehidupan manusia ikut mendidik manusia dan masyarakat menjadi beradab, agar kehidupan manusia menjadi lebih harmonis. Seni menjadikan manusia berbudi luhur. Sejarah telah mencatat akan prestasi-prestasi kesenian dalam peranannya membentuk sikap budi manusia. Karya-karya seni pada zaman primitif merupakan alat-alat yamg mampu menimbulkan suasana magis dan misterius dalam pemujaan serta kehidupan pada waktu itu. Juga karya-karya kesenian klasik yang puitik heroik maupun karya-karya modern, kesemuanya memberi pengaruh yang besar dalam peradaban manusia.
Secara keseluruhan kesenian hanyalah ditujukan untuk kebahagiaan manusia, baik kebahagiaan manusia secara materi maupun spirituil. Kesenian diciptakan oleh manusia untuk melengkapi kebahagiaan manusia seluruhnya. Ternyata seni mempunyai peranan dalam kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hasrat mengungkapkan atau menyatakan perasaan pribadi mengenai aspek-aspek pokok kehidupan sehari-hari tentang kelahiran, cinta, perkawinan, iri hati, kematian dan lain-lainnya.
Disamping memenuhi kebutuhan dalam hubungan kegiatan sosial kita mengenai situasi politik, ekonomi, kepercayaan, menyatakan keinginan atau tujuan bersama, menyusun komunikasi antar individu, mempengaruhi situasi masyarakat dan lain-lainnya. Juga memenuhi kebutuhan fisik seperti gedung, alat pengangkutan, alat penyimpanan, bahan pembungkus. Jadi peranan seni dalam kehidupan manusia merupakan suatu cara atau usaha hasil budi manusia untuk mencapai tujuan, kebahagiaan atau kesejahteraan. Inilah kenyataan tentang suatu gejala aktivitas manusia yang dinamakan SENI.
4. Kesenian sebagai media penyuluhan kesehatan
Dalam penyuluhan kesehatan maupun dalam praktik kebidanan, seni dapat digunakan sebagai media dalm melakukan pendekatan kepada masyarakat, Seorang petugas bisa menyelipkan pesan-pesan kesehatan didalamnya, misalnya:
* Dengan Kesenian wayang kulit
Melalui pertunjukan ini diselipkan pesan-pesan kesehatan yang ditampilkan di awal pertunjukan dan pada akhir pertunjukan, dapat diisi dengan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan pesan-pesan yang telah disampaikan di awal pertunjukan atau pertanyaan – prtanyaan yang diberikan oleh penonton.


* Menciptakan lagu-lagu berisikan tentang permasalahan kesehatan dalam bahasa daerah setempat.


5. Kesenian sebagai seni terapi
Kesenian sebagai terapi pada kejiwaan,sebagai pelipur rala. Kita ketahui kehidupan zaman sekarang ini permasalahan semakin kompleks, tubuh dan jiwa manusia mempunyai batas untuk dapat mengatasinya. Untuk itu dengan seni diharapkan akan memberikan dampak positif dalam mengatasi stress tersebut baik stres fisik maupun batin. Misalnya dengan menyanyi, menciptakan lagu, seni memahat patung, dll.


DAFTAR PUSTAKA


• http://bidan–intan.blogspot.com/2009/12/aspek-sosial-budaya-dalam-praktek-kebidanan.html
• http://assalamualaikum/?p=81





Pendekatan Sosial Budaya Kebidanan Melalui Agama

CARA-CARA PENDEKATAN SOSIAL BUDAYA DALAM PRAKTEK KEBIDANAN MELALUI AGAMA





Agama dapat memberikan petunjuk/pedoman pada umat manusia dalam menjalani hidup meliputi seluruh aspek kehidupan. Selain itu agama juga dapat membantu umat manusia dalam memecahkan berbagai masalah hidup yang sedang dihadapi. Adapun aspek-aspek pendekatan melalui agama dalam memberikan pelayanan kebidanan dan kesehatan diantaranya adalah :
1. Agama memberikan petunjuk kepada manusia untuk selalu menjaga kesehatannya.
2. Agama memberikan dorongan batin dan moral yang mendasar dan melandasi cita-cita dan perilaku manusia dalam menjalani kehidupan yang bermanfaat baik bagi dirinya, keluarga, masyarakat serta bangsa.
3. Agama mengharuskan umat manusia untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam segala aktivitasnya.
4. Agama dapat menghindarkan umat manusia dari segala hal-hal/perbuatan yang bertentangan dengan ajarannya.
Berbagai aspek agama dalam memberikan pelayanan kesehatan terdiri dari upaya-upaya pelayanan kesehatan yang ditinjau dari segi agama, diantaranya :
a. Upaya pemeliharaan kesehatan
Upaya dini yang dilakukan dalam pemeliharaan kesehatan dimulai sejak ibu hamil yaitu sejak janin di dalam kandungan. Hal tersebut bertujuan agar bayi yang dilahirkan dalam keadaan sehat begitu juga dengan ibunya. Kesehatan merupakan faktor utama bagi umat manusia untuk dapat melakukan/menjalani hidup dengan baik sehingga dapat terhindari dari berbagai penyakit dan kecacatan. Ada beberapa langkah yang dapat memberikan tuntunan bagi umat manusia untuk memelihara kesehatan yang dianjurkan oleh agama antara lain :
1. Makan makanan yang bergizi
2. Menjaga kebersihan (Hadist mengatakan : kebersihan sebagian dari iman)
3. Berolah raga
4. Pengobatan diwaktu sakit
b. Upaya pencegahan penyakit
Dalam ajaran agama pencegahan penyakit lebih baik dari pada pengobatan di waktu sakit.
Adapun upaya-upaya pencegahan penyakit antara lain:
1. Dengan pemberian imunisasi
Imunisasi dapat diberikan kepada bayi dan balita, ibu hamil, WUS, murid SD kelas 1 sampai kelas 3.
2. Pemberian ASI pada anak sampai berusia 2 tahun
(Surah Al-Baqarah ayat 233), Ayat tersebut pada dasarnya memerintahkan seorang ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI sampai ia berusia 2 tahun.
3. Memberikan penyuluhan kesehatan.
Dapat dilakukan pada kelompok pengajian, atau kelompok-kelompok kegiatan keagamaan lainnya.
c. Upaya pengobatan penyakit
Nabi saw bersabda : ” Bagi setiap penyakit yang diturunkan Allah, ada obat yang diturunkan-Nya.”
Maka setiap melakukan praktek kebidanan kita melihat / mengetahui latar belakang dari masyarakat yang akan kita layani. Sehingga memudahkan kita untuk memberi pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan terutama kesehatan ibu hamil, ibu bersalin / nifas, bayi baru lahir, anakbalita, remaja dan usia lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
 George M. Foster dan Barbara Galatin Anderson. Antropologi Kesehatan. UI Press. Jakarta 1986
 Depkes RI, MA 103, Ilmu Sosial Budaya Dasar. Untuk Prog Bidan Pusdiknakes. Jakarta 1996.
 Nasrul Effendi. Drs. Perawatan Kesehatan Masyarakat, EGC. Jakarta 1998

Aspek Sosial Pada Bayi Baru Lahir

Aspek Sosial Budaya pada Bayi Baru Lahir.

Masyarakat memiliki mitos-mitos mengenai merawat bayi baru lahir. Mitos ini ada yang dapat dibenarkan tapi lebih banyak mitos yang tidak benar bahkan dapat dikatakan bahwa mitos ini merugikan dan membahayakan bagi ibu dan bayi.
Dalam menghadapi suatu kebudayaan maka kita memerlukan suatu promosi kesehatan salah satunya dengan penyuluhan agar kita dapat mengubah/memperbaiki suatu keadaan dalam mitos yang dapat merugikan ibu,janin dan bayi.
BBL (Bayi baru lahir)normal adalah bayi baru lahir dari kehamilan yang aterm (37-42 minggu) dengan berat badan lahir 2500-4000 gram.
Ciri-ciri bayi normal antara lain sebagai berikut :
1. Berat badan 2500-4000 gram
2. Panjang badan 48-52 cm
3. Lingkar badan 30-38 cm
4. Lingkar kepala 33-35 cm
5. Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180 x/menit kemudian menurun sampai 120-160 x/menit.
6. Pernafasan pada menit pertama kira-kira 80 x/menit kemudian turunsampai 40 x/menit.
7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan terbentuk dan diliputi verniks caeseosa.
8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut tampak sempurna.
9. Kuku agak panjang dan lemas.
10. Testis sudah turun (pada anak laki-laki), genitalia labio mayora telah menutupi labia minora (pada anak perempuan).
11. Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
12. Refleks moro sudah baik, bayi dikagetkan akan
memperlihatkan gerakan tangan seperti memeluk.
13. Graff refleks sudah baik, bila diletakkan suatu benda ke telapak tangan maka akan menggenggam.


Berat badan bayi baru lahir rendah,dipengaruhi dari beberapa faktor yaitu:
1.Faktor-faktor yang berkaitan dengan ibu seperti: umur ibu, umur kehamilan, paritos, berat badan dan tinggi badan, status gizi (nutrisi), anemia, kebiasaan minum alkohol dan merokok, penyakit-penyakit keadaan tertentu waktu hamil (misalnya anemia, pendarahan dan lain-lain), jarak kehamilan, kehamilan ganda, dan riwayat abortus.
2.Faktor janin meliputi kehamilan kembar dan kelainan bawaan.
3.Faktor lingkungan seperti pendidikan dan pengetahuan ibu, pekerjaan, dan status sosial ekonomi dan budaya.
4.Pelayanan kesehatan (antenatal cores).





Diagram Kelahiran Bayi



MITOS DAN FAKTA MERAWAT BAYI BARU LAHIR


Mitos-mitos yang ada dimasyarakat,kebenarannya ini kadang tidak masuk akal dan bahkan dapat berbahaya bagi ibu dan bayi. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang merawat bayi baru lahir.
Mitos-mitos merawat bayi baru lahir yang berkembang dimasyarakat adalah :
o Dibedong agar kaki tidak bengkok.
Hampir setiap bayi memiliki kaki yang tampak bengkok, begitulah fisiologis kaki bayi. Ini disebabkan karena ia masih terbiasa dengan posisi meringkuk ketika masih berada didalam rahim. Seiring berjalannnya waktu, kakinya akan lurus dengan sendirinya.
Faktanya,dibedong dapat menggangu perdedaran darah bayi. Jantungnya akan terpaksa bekerja lebih berat untuk memompa darah karena tubuhnya dibebat terlalu berat. Bahkan,dapat beresiko membahayakan tulang panggul, dapat menyebabkan dislokasi panggul dan paha. Beberapa ibu membedong bayi untuk melindungi dari dingin, baik karena faktor cuaca atau setelah mandi. Sebenarnya baju lengan panjang dan celana panjang pun sudah cukup untuk menghangatkan tubuh sikecil.
o Hidung ditarik-tarik agar mancung.
Tidak ada hubungannya menarik hidung,dengan mancung atau tidak mancungnya hidung,
Faktanya,semua tergantung dari bentuk tulang hidungnya dan itu sudah merupakan bawaan dari lahir.
o Pemakaian gurita agar tidak kembung.
Banyak para ibu yang memakaikan gurita pada bayinya, agar bayinya tidak kembung.
Namun faktanya,Bayi bernapas dengan otot-otot pada perutnya. Jadi, memasangkan gurita justru manghambat pernapasannya. Karena perut yang kembung,sudah bentuk alamiah.
Jika memang harus memakaikan gurita jangan mengikat terlalu kencang terutama di bagian dada agar jantung dan paru-parunya bisa berkembang dengan baik. Dan jika tujuannya supaya pusar tidak bodong sebaiknya di pakaikan hanya di pusar dan ikatannya pun tidak kencang.
o Menggunting bulu mata agar lentik.
Banyak para ibu yang beranggapan bahwa dengan mengguntin bulu mata bayi mereka,maka bulu matanya akan menjadi lentik.
Faktanya,bulu mata berfungsi melindungi mata dari gangguan benda-benda asing. Jika dipotong, fungsinya tidak lagi dapat bekerja secara optimal. Panjang pendeknya bulu mata sudah menjadi bawaan dari bayi itu sendiri.
o Beri setetes kopi agar bayi tidak step (kejang).
Belum ada penelitian ilmiah yang membuktikan hali ini. Bahkan pemberian kopi pada bayi jelas berbahaya karena mengandung kafein yang akan memacu denyut jantungnya bekerja lebih cepat.
o Jangan memeras kencang-kencang saat mencuci baju bayi, bayi akan gelisah tidurnya.
Jika dipikir secara logika jelas tidak masuk akal, mungkin bayi gelisah saat tidur karena dia pipis, buang air besar, gerah, atau ada faktor lain, jadi bukan karena saat memeras pakaiannya.
o Jangan menyusui bayi jika bunda sedang sakit.
Penyakit yang diderita ibu menyususi tidak dapat ditularkan melalui ASI. Sebaliknya, saat ibu sedang sakit tubuh si ibu akan menghasilkan sistem kekebalan tubuh yang lebih banyak dan akan ikut ke dalam asi yang jika di minum si bayi akan meningkatkan sistem kekebalan tubuhnya. Yang tidak boleh adalah menyusui bayi saat sakit tanpa ada pelindung untuk ibu, contohnya pakai masker penutup mulut dan hidung saat flu karena akan memularkan penyakit, jadi bukan karena ASI.
o Popok kain lebih baik daripada diapers.
Popok kain maupun diapers memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Disatu sisi, popok kain memang lebih murah karena dapat digunakan berulang kali. Namun, agak merepotkan karena harus selalu diganti setiap si kecil buang air besar. Disisi lain, diapers lebih mahal, tetapi memiliki daya serap yang lebih tinggi, sehingga hanya perlu diganti kalau popok sudah penuh atau buang air besar. Untuk menjaga kulit si kecil,pastikan ukuran diapers sesuai dengan tubuhnya.
o Ketika bayi demam harus dikompres air dingin.
Setelah dikompres, tubuh yang awalnya panas mungkin akan terasa dingin begitu diraba. Akan tetapi, ini bukan pertanda bahwa si kecil membaik. Sebaliknya, suhu dingin dari kompresan tersebut akan mengirim sinyal yang salah kepada tubuh anak. Tubuh mungilnya akan menganggap bahwa cuaca sedang dingin dan akhirnya merasa perlu memproduksi panas lagi. Jadi, lebih baik kompres dengan air hangat agar tubuhnya berhenti memproduksi panas.


Dalam menghadapi mitos-mitos yang telah berkembang dimasyarakat, kita harus mengadakan adanya suatu promosi kesehatan, salah satunya berupa penyuluhan. Yang kita beri penyuluhan ini adalah mitos-mitos yang merugikan sedangkan yang mitos yang baik kita beri bimbingan lagi agar ketidakadanya kesimpangsiuran dalam mengartikannya.


DAFTAR PUSTAKA
 http://wanipintar.blogspot.com/2009/06/aspek-sosial-budaya-dasar-pada-bayi.html
 http://www.enformasi.com/2009/02/merawat-bayi-baru-lahir.html
 http://baca-dulu-ah.blogspot.com/2009/10/mitos-bayi-baru-lahir.html
 http://www.carisuster.com/artikel/7-inspired-kids/103-seputar-bayi-baru-lahir-ini-mitos-atau-fakta-ya-

Aspek Sosial Dalam Masa Nifas

Aspek Sosial Budaya Dasar Pada Masa Nifas


Bangsa Indonesia merupakan sebuah bangsa yang memiliki keanekaragaman, budaya dan adat istiadat yang diharapkan terus dijaga oleh masyarakat setempat. Dan budaya ditiap tempat itu berbeda – beda atau beraneka ragam. Karena kemampuan manusia yang diperoleh dengan cara berpikir, berkehendak dan kemampuan merasa, melalui semua itu manusia mendapatkan ilmu mengarahkan perilaku dan mencapai kesenangan serta dikembangkan dan dapat dipahami terus dari generasi ke generasi.
Arti budaya atau kebudayaan sendiri berasal dari bahasa sanserketa yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa inggris kebudayaan disebut culture yang berasal dari kata latin colere yaitu mengolah atau mengerjakan bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani sedangkan kata sosial berasal dari bahasa latin societas yang berarti hubungan persahabatan yang lain. Societas diturunkan dari katasocius yang berarti teman sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial.


Sedangakan Ilmu Kebidanan merupakan ilmu yang mempelajari tentang keilmuan dan seni yang mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa interval dan pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause, bayi baru lahir dan balita, fungsi–fungsi reproduksi manusia serta memberikan bantuan/dukungan pada perempuan, keluarga dan komunitasnya. Masa nifas merupakan salah satu masa yang penting dalam suatu tahapan pada kehidupan seorang perempuan. Masa nifas merupakan masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya enam minggu. Jadi arti keseluruhan dari aspek sosial budaya pada masa nifas adalah suatu hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia untuk mencapai tujuan bersama pada masa sesudah persalinan.


Macam-macam aspek sosial budaya pada masa nifas baik di masyarakat desa maupun di masyarakat kota antara lain :
 Macam-macam aspek sosial budaya pada masa nifas pada masyarakat kota
• Pada masa nifas dilarang makan telur, daging, udang, ikan laut dan lele, keong, daun lembayung, buah pare, nenas, gula merah, dan makanan yang berminyak.
Adapun dampak negative akan dilarangnya mengkonsumsi telur, daging, udang, ikan laut keong, daun lembayung, buah pare, nanas, gula merah dan makanan yang berminyak adalah dapat merugikan karena pada masa nifas, ibu membutuhkan makanan yang bergizi serta seimbang agar ibu dan bayi menjadi lebih sehat.
• Setelah melahirkan atau setelah operasi, ibu hanya diperbolehkan memakan tahu dan tempe tanpa garam atau biasa disebut dengan ngayep, dilarang banyak makan dan minum, dan makanan harus disangan / dibakar sebelum dikonsumsi. Namun faktanya pada ibu apabila setelah melahirkan atau di operasi hanya dapat mengkonsumsi tahu dan tempe tanpa garam dan makanan harus dibakar sebelum di konsumsi adalah dapat merugikan karena dapat menghambat penyembuhan luka karena pada dasarnya makanan yang sehat akan mempercepat penyembuhan luka .
• Pada masa nifas, ibu dilarang tidur siang. Namun faktanya dari dilarangnya seorang ibu tidur siang,itu bisa menyebabkan ibu menjadi kurang istirahat sedangkan pada masa nifas atau setelah melahirkan ini, seorang ibu harus cukup istirahat dan mengurangi kerja berat karena tenaga yang tersedia sangat bermanfaat untuk kesehatan ibu dan bayi .




Diagram persalinan yang dilakukan tenaga kesehatan dan dukun


Aspek social budaya pada masa nifas di berbagai daerah yang lain :
1. Harus pakai sandal kemana pun Bufas pergi, selama 40 hari.
2. Harus memakai Stagen/udet/centing.
3. Minum jamu, agar rahim cepat kembali seperti semula.
4. Pakai lulur param kocok seluruh badan, biar capek pada badannya cepat hilang.
5. Tidak boleh bicara dengan keras-keras
6. tiap pagi harus mandi keramas, biar badannya cepat segar dan peredaran darah lancar.
7. kalau tidur/duduk kaki harus lurus. Tidak boleh di tekuk/posisi miring, hal itu
dapat mempengaruhi posisi tulang, cos tulang bufas seperti bayi baru
melahirkan/mudah terkena Varises.
8. Harus banyak makanan yang bergizi atau yang mengandung sayur-sayuran.
9. Tidak usah memakai perhiasan, karena dapat mengganggu aktifitas Bayi.





Diagram Persalinan Yang Dilakukan Oleh Dukun Dan Nakes



Dari data – data atau mitos – mitos yang disebutkan diatas,menunjukan bahwa diberbagai daerah terdapat beberapa mitos yang ada baiknya untuk diikuti dan ada juga yang tidak perlu diikuti, baik diikuti jika memang faktanya mitos itu bagus untuk diikuti tapi jika faktanya tidak baik untuk diiikit lebih baik tidak usah.


Daftar Pustaka
 http://www.google.co.id/search?q=aspek+sosial+budaya+pada+masa+nifas

Aspek Sosial Selama Persalinan

Aspek Sosial Budaya Selama Persalinan Kala I, II, III dan IV




Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan semua manusia. Dalam era globalisasi dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrem pada masa ini,menuntut semua manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu masalah yang kini banyak merebak di kalangan masyarakat adalah kematian ataupun kesakitan pada ibu dan anak yang sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada.
Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak,baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Pola makan, misalnya, pada dasarnya merupakan salah satu selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu hamil dan anak yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan, dan anjuran terhadap beberapa makanan tertentu.
Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping itu juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami perilaku perawatan kehamilan (ante natal care) adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri.
Di Indonesia, masih banyak ibu-ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati. Mereka merasa tidak perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan ataupun dokter. Masih banyaknya ibu-ibu yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan dan menyebabkan tidak terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka. Resiko ini baru diketahui pada saat persalinan yang sering kali karena kasusnya sudah terlambat dapat membawa akibat fatal yaitu kematian.
Hal ini kemungkinan disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya informasi. Selain dari kurangnya pengetahuan akan pentingnya perawatan kehamilan, permasalahan-permasalahan pada kehamilan dan persalinan,dipengaruhi juga oleh faktor nikah pada usia muda yang masih banyak dijumpai di daerah pedesaan. Disamping itu, dengan masih adanya preferensi terhadap jenis kelamin anak khususnya pada beberapa suku, yang menyebabkan istri mengalami kehamilan yang berturut-turut dalam jangka waktu yang relatif pendek, menyebabkan ibu mempunyai resiko tinggi pada saat melahirkan.
Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah gizi. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan. Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenamya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin. Tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di daerah pedesaan. Dikatakan pula bahwa penyebab utama dari tingginya angka anemia pada wanita hamil disebabkan karena kurangnya zat gizi yang dibutuhkan untuk pembentukan darah.
Kelancaran persalinan sangat tergantung oleh beberapa faktor yaitu :
1. Faktor fisik berkaitan dengan bentuk panggul yang normal dan seimbang dengan besar bayi
2. Faktor mental berhubungan dengan psikologis ibu, terutama kesiapannya dalam melahirkan. Bila ia takut dan cemas, bisa saja persalinannya jadi tidak
lancar hingga harus dioperasi. Ibu dengan mental yang siap bisa mengurangi
rasa sakit yang terjadi selama persalinan.
3. Faktor lain yang juga harus diperhatikan: riwayat kesehatan ibu, apakah pernah menderita diabetes, hipertensi atau sakit lainnya; gizi ibu selama hamil, apakah mencukupi atau tidak; dan lingkungan sekitar, apakah men-support atau tidak karena ada kaitannya dengan emosi ibu. Ibu hamil tak boleh cemas karena akan berpengaruh pada bayinya. Bahkan, berdasarkan penelitian, ibu yang cemas saat hamil bisa melahirkan anak hiperaktif, sulit konsentrasi dalam belajar, kemampuan komunikasi yang kurang, dan tak bisa kerja sama.


Oleh karena itu ternyata masih banyak ibu-ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati. Mereka merasa tidak perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan ataupun dokter. Masih banyaknya ibu-ibu yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan menyebabkan tidak terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya informasi.

Aspek Sosial Pada Trimester Kehamilan

ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA SETIAP TRIMESTER KEHAMILAN


Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping itu juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami perilaku perawatan kehamilan (ante natal care) adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri.
Faktanya masih banyak ibu-ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, almiah, dan kodrati. Mereka merasa tidak perlu memeriksa secara rutin ke bidan atau pun dokter. Masih banyaknya ibu-ibu yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan menyebabkan tidak terdeteksinya faktor-faktor beresiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka.
Resiko ini baru diketahui pada saat persalinan karena kasusnya sudah terlambat sehingga mengakibatkan kematian. Hal ini disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya informasi. Selain itu kurangnya pengetahuan dan pentingnya perawatan kehamilan, permasalahan-permasalahn pada kehamilan yang dipengaruhi oleh factor nikah pada usia muda yang banyak dijumpai di daerah pedesaan.
Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah gizi. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan. Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang sehingga akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin. Jadi tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di daerah pedesaan.
Masa kehamilan dibagi ke dalam 3 trimester. Tiga fase ini antara lain :
Trimester I (minggu 1 – 12)
Pada masa ini biasanya ibu hamil masih bertanya-tanya, apakah benar telah hamil.Tanda-tanda kehamilan awal seperti mual dan muntah karena perubahan hormon terjadi di trimester ini. Perubahan kebiasaan seperti merokok, minum alkohol, harus dihentikan di masa ini. Mulailah minum susu khusus ibu hamil sejak awal kehamilan. Pelajari juga pantangan makanan dan minuman untuk ibu hamil muda.
 Periode Germinal (Minggu 0 – 3)
• Pembuahan telur oleh sperma terjadi pada minggu ke-2 dari hari pertama menstruasi terakhir.
• Telur yang sudah dibuahi sperma bergerak dari tuba fallopi dan menempel ke dinding uterus (endometrium).
 Periode Embrio (Minggu 3 – 8 )
• Sistem syaraf pusat, organ-organ utama dan struktur anatomi mulai terbentuk.
• Mata, mulut dan lidah terbentuk. Hati mulai memproduksi sel darah.
• Janin berubah dari blastosis menjadi embrio berukuran 1,3 cm dengan kepala yang besar
 Periode Fetus (Minggu 9 – 12)
• Semua organ penting terus bertumbuh dengan cepat dan saling berkait.
• Aktivitas otak sangat tinggi.




Trimester II (minggu 13 – 28)
Mual dan muntah mulai menghilang. Bayi berkembang pesat,,pada masa ini dan mulai bergerak. Olah raga ringan, menjaga kebersihan dan diet ibu hamil diperlukan di masa ini.
• Pada minggu ke-18 ultrasongrafi sudah bisa dilakukan untuk mengecek kesempurnaan janin, posisi plasenta dan kemungkinan bayi kembar.
• Jaringan kuku, kulit dan rambut berkembang dan mengeras pada minggu ke 20 – 21
• Indera penglihatan dan pendengaran janin mulai berfungsi. Kelopak mata sudah dapat membuka dan menutup.
• Janin (fetus) mulai tampak sebagai sosok manusia dengan panjang 30 cm.


Trimester III (minggu 29 – kelahiran)
Tubuh ibu hamil makin terlihat membesar. Kadang ibu hamil harus berlatih menarik nafas dalam,untuk memberikan oksigen yang cukup kepada bayi. Ibu hamil perlu istirahat yang cukup, jangan berdiri lama-lama, dan jangan mengangkat barang berat pada masa ini.
• Semua organ tumbuh sempurna
• Janin menunjukkan aktivitas motorik yang terkoordinasi (‘nendang’, ‘nonjok’) serta periode tidur dan bangun. Masa tidurnya jauh lebih lama dibandingkan masa bangun.
• Paru-paru berkembang pesat menjadi sempurna.
• Pada bulan ke-9, janin mengambil posisi kepala di bawah, siap untuk dilahirkan.
• Berat bayi lahir berkisar antara 3 -3,5 kg dengan panjang 50 cm.





Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan terdiri dari 3 macam faktor antara lain :
• Faktor fisik
Faktor fisik seorang ibu hamil dipengaruhi oleh status kesehatan dan status gizi ibu tersebut. Status kesehatan ini dapat diketahui dengan memeriksakan diri dan kehamilannya ke pelayanan kesehatan terdekat, puskesmas, rumah bersalin, atau poliklinik kebidanan.
• Faktor psikologis
Faktor ini dapat mempengaruhi kehamilan seperti stress yang terjadi pada ibu hamil dalam kesehatan ibu dan janinnya dan akan berpengaruh terhadap perkembangan atau gangguan emosi pada janin yang telah lahir nanti.
Tidak hanya stress yang dapat mempengaruhi kehamilan akan tetapi dukungan dari keluarga pun dapat menjadi pemicu menentukan kesehatan ibu. Jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan bahkan mendukungnya dalam berbagai hal, maka ibu hamil tersebut akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam menjalani kehamilan, persalinan, dan masa nifasnya.
• Faktor sosial budaya dan ekonomi
Faktor ini mempengaruhi kehamilan dari segi gaya hidup, adat istiadat, fasilitas kesehatan dan ekonomi. Gaya hidup yang sehat dapat dilakukan seperti menghindari asap rokok karena dapat berpengaruh terhadap janin yang dikandungnya. Perilaku makan juga harus diperhatikan, terutama yang berhubungan dengan adat istiadat seperti makanan ysng dipantang adat padahal baik untuk gizi ibu hamil, maka sebaiknya tetap dikonsumsi. Ibu hamil juga harus menjaga kebersihan dirinya.
Ekonomi juga merupakan faktor yang mempengaruhi proses kehamilan yang sehat terhadap ibu dan janin. Dengan adanya ekonomi yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin, merencanakan persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan baik, maka proses kehamilan dan persalinan dapat berjalan dengan baik.
Dari sekian banyaknya pengaruh atau pantangan, yang harus diperhatikan oleh ibu hamil yaitu harus banyak mengkonsumsi makanan kaya akan serat, protein, banayak minum air putih dan mengurangi garam atau makanan yang terlalu asin.
Selain itu faktor lingkungan sosial dan budaya ikut mempengaruhi kehamilan dari segi gaya hidup, adat istiadat dan fasilitas kesehatan. Gaya hidup sehat yaitu sebaiknya tidak merokok bahkan menghindari asap rokok, kapan dan dimanapun ia berada. Perilaku makan juga harus di perhatikan, terutama yang berhubungan dengan adat istiadat.


DAFTAR PUSTAKA
http://miamisland.blogspot.com/2010/03/aspek-sosial-budaya-pd-setiap.html
http://www.dunia-ibu.org/artikel/ibu-hamil/trimester-kehamilan.html
http://majalahkesehatan.com/tiga-trimester-kehamilan/

Aspek Sosial Budaya Pada Perkawinan

ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA SETIAP PERKAWINAN

Aspek sosial budaya pada setiap perkawinan dilakukan secara bertahap, yaitu fase: bulan madu,pengenalan kenyataan,kemudian mulai terjadi krisis perkawinan. Apabila pasangan sukses mengatasi problema keluarga dengan beradaptasi dan membuat aturan serta kesepakatan dalam rumah tangga maka fase kebahagiaan sejati akan diperolehnya.
Menurut aspek sosial budaya, faktor pendukung keberhasilan penyusuaian perkawinan mayoritas subjek terletak dalam hal saling memberi dan menerima cinta, ekspresi, saling menghormati dan menghargai, saling terbuka antara suami istri. Hal tersebut tercermin pada bagaimana pasangan suami istri menjaga kualitas hubungan antar pribadi dan pola – pola perilaku yang dimainkan oleh suami maupun istri,serta kemampuan menghadapi dan menyikapi perbedaan yang muncul, sehingga kebahagian dalam hidup berumah tangga akan tercapai.
Fakta – fakta kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi – konsepsi mengenai berbagai pantangan , hubungan sebab – akibat antara makanan kondisi sehat – sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan sering kali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Pola makan misalnya pasca dasarnya adalah merupakan salah satu selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu hamil dan anak yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran terhadap beberapa makanan tertentu.
Dan masih banyak ibu – ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa. Ibu – ibu merasa tidak perlu memeriksa dirinya ke bidan, karena kurang menyadari petingnya pemeriksaan kehamilan mengakibatkan tidak terdektesinya faktor – faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh ibu.




Gambar Diagram Perkawinan


Salah satu contoh aspek sosial budaya perkawinan di provinsi Aceh
Perkawinan adalah sesuatu yang sangat sakral di dalam budaya masyarakat Aceh,sebab hal ini berhubungan dengan nilai – nilai keagamaan. Perkawinan mempunyai nuansa tersendiri dan sangat dihormati oleh masyarakat. Upacara perkawinan pada masyarakat Aceh merupakan serangkaian aktivitas yang terdiri dari beberapa tahap, mulai dari pemilihan jodoh (suami/istri), pertunangan dan hingga upacara peresmian perkawinan.
Suatu kebiasaan bagi masyarakat Aceh, sebelum pesta perkawinan dilangsungkan terlebih dahulu tiga hari tiga malam diadakan upacara meugaca atau boh gaca (berinai) bagi pengantin laki – laki dan pengantin perempuan di rumahnya masing – masing. Tampak kedua belah tangan dan kaki pengantin dihiasi dengan inai.
Pada puncak acara peresmian perkawinan, maka diadakan acara pernikahan.Setelah selesai acara nikah, linto baro di bimbing ke pelaminan persandingan, di mana dara baro telah terlebih dahulu duduk menunggu. Sementara itu dara baro bangkit dari pelaminan untuk menyembah suaminya. Penyembahan suami ini disebut dengan seumah teuot linto. Setelah dara baro teuot linto, maka linto baro memberikan sejumlah uang kepada dara baro yang disebut dengan pengseumemah (uang sembah).
Selama acara persandingan ini, kedua mempelai dibimbing oleh seorang nek peungajo. Biasanya yang menjadi peungajo adalah seorang wanita tua. Kemudian kedua mempelai itu diberikan makan dalam sebuah pingan meututop (piring adat) yang indah dan besar bentuknya. Selanjutnya kedua mempelai tadi di peusunteng (disuntingi) oleh sanak keluarga kedua belah pihak yang kemudian diikuti oleh para jiran (tetangga). Keluarga pihak linto baro menyuntingi (peusijuk / menepung tawari) dara baro dan keluarga pihak dara baro menyuntingi pula linto baro. Tiap – tiap orang menyuntingi selain menepung tawari dan melekatkan pulut kuning di telinga temanten, juga member sejumlah uang yang disebut
teumentuk. Acara peusuntengini lazimnya didahului oleh ibu linto baro, yang kemudian disusul oleh orang lain secara bergantian.
Apabila acara peusunteng sudah selesai, maka rombongan linto baro minta ijin untuk pulang ke rumahnya. Linto baro turut pula dibawa pulang. Ada kalanya pula linto baro tidak dibawa pulang, ia tidur di rumah dara baro, tetapi pada pagi – pagi benar linto baro sudah meninggalkan rumah dara baro. Karena malu menurut adat, bila linto baro masih di rumah dara baro sampai siang.

DAFTAR PUSTAKA
• http://miamisland.blogspot.com
• http://indogear.co.cc/index









Faktor Pendorong Dan Penghambat Pembagunan

FAKTOR PENDORONG DAN PENGHAMBAT PEMBANGUNAN KESEHATAN

Pembagunan kesehatan merupakan beberapa rangkaian masyarakat,yang dilakukan berdasarkan dengan gotong-royong untuk mengenal dan memecahkan masalah atau kebutuhan yang dirasakan masyarakat, baik dalam bidang kesehatan maupun bidang dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan, agar mampu memelihara kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat.

KONDISI KESEHATAN PEREMPUAN INDONESIA

Kondisi dan status kesehatan perempuan Indonesia masih rendah hal ini terlihat dari beberapa indikator Angka Kematian Ibu (AKI) saat ini masih tertinggi dibanding negara-negara lain di ASEAN. Permasalahan tersebut disebabkan oleh permasalahan seperti status kesehatan reproduksi, status gizi ibu sebelum dan selama kehamilan, pendidikan, tingkat ekonomi keluarga yang rendah serta status dan kedudukan perempuan yang rendah dalam keluarga dan masyarakat.
Isu lain adalah rentannya perempuan terhadap Penyakit menular ( HIV/AIDS) terutama daerah padat penduduk, perbatasan dan daerah wisata karena kurangnya pengetahuan HIV/AIDS dan kurangnya akses pelayanan pencegahan dan Kekerasan Terhadap Perempuan. Masih banyaknya penyakit infeksi dan menular yang disebutkan diatas, menyebabkan beban ganda (double burden)yang ditanggung semakin berat ,karena penyakit degenerative dan life style tergolong tinggi.
Ironisnya, masyarakat, media massa, politikus bahkan insan kesehatan masih memandang hak kesehatan hanya pada hak untuk memperoleh pelayanan kuratif dirumah sakit dan puskesmas.Padahal,hak untuk menikmati hidup sehat jauh lebih luas daripada sekedar hak akan pelayanan kuratif.salah satu jaminan dari Negara bahwa segala akses informasi tentang kesehatan dan ketersediannya harus terpenuhi bagi segala lapisan masyarakat.
Kesehatan perempuan sebagai sebuah investasi merupakan cerminan dari pentingnya SDM yang produktif. Di beberapa Negara maju yang menggunakan konsep sehat produktif, sehat adalah sarana atau alat untuk hidup sehari-hari secara produktif. Upaya kesehatan harus diarahkan untuk dapata membawa setiap penduduk memiliki kesehatan yang cukup agar bisa hidup produktif.
Selama ini, pemerintah masih memandang sektor kesehatan sebagai sektor konsumtif, kesehatan tidak dilihat sebagai investasi, tetapi hanya dilihat sebagai sector kesejahteraan yang dinilai menjadi beban biaya. Bukti nyatanya adalah alokasi belanja kesehatan pemerintah yang sangat rendah, hanya sekitar 2-3% dari total belanja Negara. Namun ironisnya, pelayanan kesehatan malah menjadi sumber pendapatan pembangunan.
Disini membuktikan pemerintah menerapkan standar ganda dalam bidang kesehatan. Disatu sisi, belanja kesehatan dianggap beban dan tidak diprioritaskan. Disisi lain, pelayanan kesehatan dijadikan sumber pendapatan. Artinya pembangunan Negara ini disokong dari uang rakyat yang sakit. Sehingga masuk akal bila ada orang usil mengatakan ”bila pemerintah ingin mendapat sumber pendapatan yang besar sebar saja kuman atau virus kepada masyarakat, agar masyarakat menjadi sakit dan kemudian mereka berobat ke rumah sakit pemerintah”.
Menurut Thabrany (1999),terdapat lorelasi negative antara status kesehatan dengan pendapatan perkapita di kemudian hari,jika factor lain konstan. Negara-negara yang diawal 70-an memiliki AKB tinggi,tidak memiliki AKB tinggi,tidak memiliki pendapatan perkapita tinggi di tahun 1991lingkungan eksekutif, legisletif, maupun dari masyarakat termasuk swasta. Kunci sukses lainnya di tengah keterbasan sumber daya dalam hal pembiayaandan tenaga adalah memprioritaskan bidang-bidang pembangunan kesehatan , seperti kesehatan Ibu dan Anak.
PERMASALAHAN UMUM KESEHATAN
1. Disparitas status kesehatan
Disparitas adalah perbedaan arak:adanya upah yang diterima oleh para pekerja pabrik itu. Di Indonesia yang sungguh kaya luar biasa ini,status Menghalangi pemiliknya untuk mendapatkan hak kesehatan yang layak.,masyarakat, media massa, politikus bahkan insan kesehatan masih memandang hak kesehatan hanya pada hak untuk memperoleh pelayanan kuratif dirumah sakit dan puskesmas . Meskipun secara nasional kualitas kesehatan masyarakat telah meningkat namun disparitas antar tingkat sosial ekonomi dan antar wilayah masih cukup tinggi.
Padahal, hak untuk menikmati hidup sehat jauh lebih luas daripada sekedar hak akan pelayanan kuratif.salah satu jaminan dari Negara bahwa segala akses informasi tentang kesehatan dan ketersediannya harus terpenuhi bagi segala lapisan masyarakat.Belum Dipenuhi oleh Negara.Selama ini Kesehatan Dianggap sebagai barang yang mahal, Kesehatan Di Indonesia hanya untuk kalangan berpunya ‘orang miskin dilarang sakit’disini.tragis, mengingat Kekayaan Indonesia yang luar biasa banyak. Kemana hasil-hasil bumi Indonesia.
2.Beban Ganda penyakit
Bagi masyarakat Indonesia khususnya, penyakit memiliki beban ganda,yang pertama adalah rasa sakit yang diderita dan Uang yang cukup banyak Untuk mengatasi masalah penyakit yang dideritanya. Hal ini memberikan dampak negative pada Pasien yang bersangkutan, karena keterbatasan dana, mereka mendapatkan keterbatasan Pelayanan kesehatan.
3.Kinerja Pelayanan yang rendah
Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan yang ditandai dengan masih dibawah standarnya kualitas pelayanan sebagian rumah sakit daerah serta keterbatasan tenaga kesehatan juga menjadi tantangan yang harus segera diatasi. Dikatakan, hingga saat ini jumlah dan distribusi dokter, bidan serta perawat belum merata dimana disparitas rasio dokter umum per 100.000 penduduk antar wilayah masih tinggi. "Indonesia mengalami kekurangan pada hampir semua tenaga kesehatan yang diperlukan, ".
4.Perilaku masyarakat yang kurang mendukung hidup Bersih
Dewasa ini sikap masyarakat Indonesia juga sama buruknya dengan system yang mengatur kesehatan.Jika anda berkunjung ke Jakarta misalnya, lihatlah sungai disana kini sungai di Jakarta mengalami perubahan fungsi, fungsi sungai bukan lagi menjadi tata perairan kota tapi tempat sampah umum. Belum lagi ada masyarakat yang MCK di sungai, begitu pula di sebagian wilayah pedesaan Indonesia kesadaraan akan pentingnya kesehatan belum kita temukan di masyarakat kita.
5.Rendahnya Kondisi kesehatan lingkungan
Rendahnya Pembangunan Ekonomi yang belum merata adalah biang keladi pokok masalah ini.hal tersebut menimbulkan kesenjangan soasial Baik Papan,sandang dan pangan.
LANGKAH LANGKAH YANG HARUS DITEMPUH
1. Pembangunan Berwawasan Kesehatan
A.internal
memperbaiki kinerja pelayanan kesehatan
Seiring berkembangnya Pengetahuan dan kebutuhan masyarakat tentang arti kesehatan,maka para pelaku kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik, oleh karena itu semua pihak yang bekerja dalam kesehatan disarankan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitasnya, baik dengan pendidikan normal, pendidikan informal. Dan selalu mengakses informasi ter-update.langkah langkah ini diharapkan bisa memajukan kesehatan Indonesia.
B.Eksternal
Diluar systemm Kesehatan
Banyaknya factor lambatnya pembangunan kesehatan di Indonesia, perlu segera di atasi.faktor dari luar pelaku kesehatan adalah para pasien ataupun sasaran kesehatan yaitu masyarakat.dilihat dari segi perekonomian Indonesia saja telah dapat dilihat kesenjangan yang terjadi,di harapkan Departemen kesehatan, masyarakat, dan para pelaku kesehatan lebih peduli juga terhadap masalah masalah ini.kebiasaan masyarakat miskin yang cenderung jorok, bukan tanpa alasan, adalah karena kesterbatasan mereka, sementara sikap acuh mereka disebakan oleh minimnya pengertahuan masyarakat tentang kesehatan.Pelaku kesehatan di harapkan mengadakan penyuluhan-penyuluhan, serta pemberdayaan masyarakat, bukan hanya di kota, tapi terlebih di desa-desa pedalaman.
Semua itu perlu ditingkatkan guna kemajuan dan peningkatan pembangunan kesehatan.namun hal yang terpenting untuk meningkatkan kesehatan SDM Indonesia adalah factor genetic dan kondisi awal kehidupannya.yang bersangkutan dengan Ibu hamil,masa kehamilan dan kelahiran.peningkatan dalam hal ini sangatlah penting untuk di perhatikan oleh semua masyarakat Indonesia.
Kesehatan Indonesia Berada pada kondisi yang saat buruk, Pembangunan kesehatan di Indonesia, dapat dilihat dari berbagai Penghambat serta langkah Pendorong untuk mengatasinya.minimnya Pelayan kesehatan, dan Rendahnya Pelayanan kesehatan adalah salah satu Penghambat Pembangunan kesehatan. Adat kebiasaan masyarakat, Serta keadaan Ekonomi dan Pendidikan Turut Ikut Andil dalam hal ini.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.menegpp.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=262:rakornas-pembangunan-pp-dan-pa-tahun-2010&catid=36:press-release&Itemid=87





Nilai Filosofi Dalam Pembangunan

Nilai-nilai Filosofi Dalam Pembangunan Kesehatan





Pembangunan Kesehatan


Pembangunan kesehatan adalah merupakan bagian dari pembangunan nasional yangbertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi –tingginya. Wujud pembangunan kesehatan di Indonesia adalah SKN(Sistem Kesehatan Nasional)yang diatur dalam Undang-undang No 23 Th 1982 tentang kesehatan. Undang-undang ini merupakan acuan dalam penyusunan berbagai kebijakan pedoman dan arah pelaksanaan pembangunan kesehatan.


Nilai-nilai Filosofi dalam Pembangunan Kesehatan


· Dasar Pijakan


· Kesehatan adalah hak azasi bangsa


· Kesehatan sebagai investasi bangsa


· Kesehatan menjadi titik sentral pembangunan kesehatan


· Landasan Idiil : Pancasila


· Landasan Konstitusional: UUD 1945


· Pasal 28 A berbunyi : setiap orang berhak hidup serta berhak mempertahankan kehidupannya.


· Pasal 28 B ayat ( 2 ) setiap anak berhak atas kelangsungan, tumbuh dan berkembang.


· Pasal 28 C ayat ( 1 )


Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari pendidikan tersebut.


· Prinsip Dasar Pembangunan (SKN)


Perikemanusiaan


Penyelanggaraan pembangunan didasarkan pada prinsip kemanusiaan yang dijiwai, digerakan dan dikendalikan oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pembangunan kesehatan di Indonesia dirasionalkan dalam wujud PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa).


Tujuan PKMD


Tujuan Umum :


Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong diri sendiri di bidang kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu hidup.


Tujuan Khusus :


· Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan potensi yang dimiliki untuk menolong dirinya sendiri.


· Mengembangkan kemampuan dan prakarsa masyarakat untuk berpartisipasi dalam berswadaya.


· Menghasilkan lebih banyak tenaga masyarakat untuk berperan dalam LKMD.


· Meningkatkan kesehatan masyarakat dalam memenuhi beberapa indikator kesehatan antara lain :


· Menurunkan angka kematian bayi dan ibu bersalin.


· Menurunnya angka kesakitan umum.


· Menurunnya angka kematian bayi dan anak.


· Menurunnya angka kelahiran.


· Menurunnya angka kekurangan gizi balita.






Daftar Pustaka


http://www.google.co.id/#hl=id&biw=1503&bih=658&q=nilai+nilai+filosofi+dalam+pembangunan+kesehatan&aq=f&aqi=&aql=&oq=&gs_rfai=&fp=6d1d5e09d1ea4a8f

Sabtu, 27 November 2010

Tujuan Pembangunan Dalam Bidang Kesehatan

TUJUAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT DALAM BIDANG KESEHATAN




Kesehatan adalah unsur vital dan merupakan elemen konstitutif dari seseorang. Kesehatan sebagai hak asasi telah mejadi kebutuhan mendasar dan tentunya menjadi kewajiban negara dalam upaya pemenuhannya. Kesehatan juga komponen pembanguna yang memiliki nilai ”investatif”,hal ini dikarenakan berbicara tentang kesehatan maka akan membicarakan juga tentang ketersediaan tenaga siap pakai dalam hal ini Sumber Daya Manusia yang sehat dan produktif tentunya. Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran,kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi – tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa indonesia,baik masyarakat swasta maupun pemerintah.
Tidak bisa kita pungkiri, pergantian tampuk pemerintah teryata belum memberikan nuansa baru dalam pembangunan kesehatan. Bisa dikatakan belum menjadi isu utama dalam strategi pembangunan di indonesia padahal kita sadari betul bahwa kesehatan juga merupakan faktor penentu dalam pembangunan suatu bangsa. Lemhnya pembangunan disektor kesehatan dapat kita lihat dari angka Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) negara kita selalu stagnan pada kisaran 177-112 dari sekitar 175 negara, meskipun pada tahun 2008 sempat naik keperingkat 109 tetapi pada tahun 2009 justru kembali turun pada posisi 12. Sebagai catatan, HDI adalah ukuran keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa yang dilihat dari parameter pembangunan ekonomi,kesehatan dan pendidikan. Ironisnya, rentetan pergantian tampuk kekuasaan selama beberapa dekade terakhir,pun tak kunjung membawa angin perubahan.
Akhir tahun 209,dalam hal masalah kesehatan justru ditutu dengan pemberitaan pada sebuah koran lokal Makasar tentang meningkatnya kasusu gizi buruk disalah satu kabupaten Sulawesi Selatan. Hal ini tentuya sangat menyedihkan dimana Sulawesi Selatan sendiri merupakan lambung pangan Indonesia tetapi justru bisa ditemukan kejadian seperti ini. Belum lagi melihat problem – problem kesehatan semacamnya diberbagai daerah di indonesia tentunya semakin menguatkan pandangan kita bahwa kesehatan bengsa ini masih sangat jauh dari harapn. Dan sebuah pukulan bagi penyelenggara pembangunan kesehatan dalam hal in pemerintah adalah munculnya ”Fenomena Ponari”. Hal ini jelas menunjukan bahwa minimnya kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan diperparah dengan sulitnya mengakses kesehatan sehingga masyarakat cendrung mencari pengobatan alternatif.
Harapan dalam pembangunan kesehatan. Diharapkan pada tahun 2010,bangsa Indonesia akan mencapai tingkat kesehatan tertentu dengan ditandai dengan penduduknya yang :
1. Hidup dalam lingkungan yang sehat
2. Mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat
3. Mampu menyediakan dan memanfaatkan (menjangkau) pelayanan kesehatan yang bermutu
4. Memiliki derjat kesehatan yang tinggi
Selain itu secara garis besar visi ini juga memberikan gambaran berrtahap tentang pebangunan kesehatan yaitu : desa sehat akan terwujud pada tahun 2003,kecamatamn sehat pada tahun 2004,kabupaten sehat pad 2005,dan berturut – turut propinsi dan negara sehat pad tahun 2006 dan 2007 Tetapi tanpa meliht indikator – indikator kecilnya saja secara garis besar dapat kita simpulkan bahwa visi indonesia sehat 2010 ini tidak dapat tercapai.
Mengamati hal diatas, sampai pada akhir tahun 2009 ini ada beberapa problem mendasar dalam pembangunan kesehatan diantaranya :
Upaya Kesehatan
Upaya kesehatan di indonesia belum terselenggara secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bersifat peningkatan (promotif) dan pencegahan (prreventif) masih terlihat sangat kurang. Pemerintah selama ini hanya berkutat dan menghabiiskan benyak anggaran dibidang pengobatan (kuratif)dan rehabilitatif. Pemerintah ternyata masih belum beranjak dari paradigma sakit.
Kualitas pelayanan rumah sakit sebagai sarana pelayanan rujukan masih dirasakan sangat kurang. Dengan keadaan seperti ini tidak mengherankan bila derajat kesehatn masyarakat diindonesia belum memuaskan. Angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian ibu (AKI) masih tinggi,yakni masing – massing 50/1000 kelahiran hidup,dan 373/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan umur harapan hidup masih rendah,yakni rata – rata 66,2 tahun.
Pembiayaan Kesehatan
Dala hal pembiayaan kesehatan,negara kita sangatlah jauh dari ideal. Target biaya kesehatan yang seharusnya 15 %per tahun 2010 dalam anggaran APBD ternyata hanya terpenuhi 5,8 %per 2008. Untuk tahun 2009,pemerintah hanya mengalokasikan anggaran pembangunan kesehatan sebesar 2,5 % dari total APBN.
Keadaan ini diperparah dengan tidak meratanya anggaran kesehatan dari masing – masing daerah akibat desentralisasi. Pengalokasian dana bersumber pemerintah belum efektif. Dana pemerintah lebih banyak dialokasikan pada upaya kuratif dan sementara itu besarnya dana yag dialokasikan untuk upaya promotif dan preventi sangat terrbatas. Pembelanjaan dana pemerintah belum cukup.


Sumber Daya Manusia Kesehatan
Sumber daya kesehatan, terutama sumber daya manusia di Negara ini masih belum memadai terlebih masalah distribusi tenaga kesehatan. Distribusi tenaga kesehatan sampai saat ini belum bias dikatakan menggembirakan. Sekalipun sejak tahun 1992 telah diterapkan kebijakan penempatan tenaga dokter dan bidan dengan system PTT. Tercatat rasio dokter terhadap puskesmas untuk kawasan Indonesia bagian barat, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah bagian timur. Tenaga dokter terhadap puskesmas di Provinsi Sumatera Utara = 0,84 dibandingkan dengan Provinsi NTT = 0,26 dan Provinsi Papua = 0,12. Belum lagi soal tenaga kesehatan para medis lainnya.
Pemberdayaan Masyarakat
Pembangunan kesehatan di Indonesia dilaksanakan dengan pembayaran masyarakat. Untuk itu berbagai bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat banyak didirikan, antara lain dalam bentuk Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, serta Pos Upaya Kesehatan Kerja. Sedangkan dalam bidang pembiayaan kesehatan pemberdayaan masyarakat diwujudkan melalui bentuk dana sehat serta berbagai yayasan peduli dan penyandang dana kesehatan seperti Yayasan Kanker Indonesia, Yayasan Jantung Indonesia, Yayasan Thalasemia Indonesia, serta Yayasan Ginjal Indonesia. Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan pula dalam bentuk berbagai gerakan, seperti koalisi Indonesia Sehat, Gebrak Malaria, Gerdunas TB, Gerakan Sayang Ibu, Gerakan Anti Madat serta Gerakan Pita Putih (Kesehatan Ibu) dan Gerakan Pita Merah (HIV/AIDS). Sayangnya pemberdayaan masyarakat dalam arti mengembangkan kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat dalam mengemukakan mendapat dan mengambil kepurtusan tentang kesehatan masih dilaksanakan secar terbatas. Kecuali itu pemberdayaan masyarakat dalam bentuk pelayanan, advokasi kesehatan serta pengawasan social dalam program pembangunan kesehatan belum banyak dilaksankan.
Manajemen Kesehatan
Dalam hal manajemen kesehatan pun dianggap mengecewakan, inkonsistensi pengambilan dan implementasi kebijakan pembangunan kesehatan menjadi masalah satu kendala mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Tidak tercapainya Visi Indonesia Sehat 2010, ketidakjelasan System Jaminan Social Nasional, dan System Kesehatan Nasional seakan itu menggambarkan buramnya prospek kesehatan bangsa ini.
Pada sisi lain, desentralisasi pembangunan menyisakan beberapa hal negative. Disparitas yang berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain dalam program pembangnan kesehatan, adalah fakta yang sangat jelas menunjukan tidak tercapainya Visi Indonesia Sehat 2010.
Secara sederhana, demikianlah potret pembangun kesehatan di Indonesia. Dengan adanya refleksi ini bisa memberikan masukan agar reformasi kesehatan bisa segera terwujud dan harapan mayarakat yang memiliki derajat kesehatan yang tinggi juga bisa terwujud.
Setelah menentukan visi pembangunan kesehatan yang ditunjukan olek misi pembangunan kesehatan, untuk mwnunjukan derajat kesehatan yang optimal, maka diperlukan suatu strategi khusus dalam mencapai tujuan tersebut. Strategi umum yang dipergunakan dalam rangka menyelenggarakan misi pembangunan kesehatan tersebut, dalam upaya mencapai Visi Indonesia Sehat 2010 adalah sebagai berikut :
• Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan
Secara makro setiap program pembangunan nasional yang diselenggarakan dapat memberika kontribusi yang positif terhadap terbentuknya lingkungan dan perilaku tersebut. Secar mikro, semua kebijakan pembangunan kesehatan yang sedang dan atau akan diselenggarakan harus dapat makin mendorong meningkatnya derajat kesehatan seluruh anggota masyarakat. Didalam kerangka strategi ini perlu dilakukan kegiatan sosialisasi, orientasi, kampanye, dan advokasi serta pelatihan sehingga semua sector pembangunan berwawasan kesehatan.
• Profesionalisme
Profesionalisme dilaksanakan melalui penerapan kemajuan ilmu dan teknologi, serta melalui penerapan nilai-nilai moral dan etika. Secara terus-menerus ditingkatkan profesionalisme para petuga skesehatan sert a profesionalisme dibidang manajemen pelayanan kesehatan. Didalam kerangka profesionalisme dibidan kesehatan, dilaksanakan penentuan standar kompetensi bagi tenaga kesehatan, pelatihan berdasarkan kompetensi, akreditasi dan legislasi tenaga kesehatan serta peningkatan kualitas lainnya.
• Jaminan pemeliharan kesehatan masyarakat (JPKM)
Untuk memantapkan kemandirian masyarakat dalam pola hidup sehari-hari digalang peran serta masyarakat yang seluas-luasnya termasuk peran serta dalam pembiayaan. JPKM pada dasarnya merupakan penataan subsistem pembiayaan kesehatan dalam bentuk mobilisasi sumber dana masyarakat, sebagai wujud nyata peran serta masyrakat dalam mempercepat pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan. Dalam konteks penataan sub system pembiayaan kesehatan dalam bentuk mobilisasi sumber dana masyarakat, sebagai wujud nyata peran serta masyrakat dalam mempercepat pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan. Dalam konteks penataan subsistem pelayanan kesehatan, strategi-strategi JPKM akan lebih mengutamakan pelayan promotif dan preventif.
• Desebtralisasi
Untuk keberhasilan pembanguan kesehatan, penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan harus berangkat dari masalah dan potensi spesifik masing-masing daerah. Untuk keberhasilan desentralisasi ini berbagai persiapan perlu dilakukan termasuk yang terpenting adalah persiapan perangkat organisasi serta Sumber Daya Manusia. Pelu dilakukan analisis dan penentuan peran pemerintah pusat pemerintah daerah bidang kesehatan, penetuan kegiatan upaya kesehatan yang wajib dilakukan oleh daerah, pengembangan Sumber Daya Manusia, pelatihan, penempatan kembali tenaga kesehatan.















Hubungan Aspek Sosial Dengan Pembangunan Kesehatan

Hubungan Aspek Sosial Terhadap Pembangunan Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang mempengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain. Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen rakyat Indonesia tidak mampu mendapat jaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan di bidang pemeliharaan kesehatan, seperti Akses, Taspen, dan Jamsostek.


Konsep Sehat dan Sakit Menurut Budaya Masyarakat
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor–faktor lain diluar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain.
Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun sosio budaya.
Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun (kronis), atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu. Walaupun seseorang sakit (istilah sehari -hari) seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak terganggu untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia di anggap tidak sakit.
Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, social budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya. Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health well being , merupakan resultante dari 4 faktor yaitu:
• Environment atau lingkungan.
• Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan ecological balance.
• Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan sebagainya.
• Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat.
Oleh para ahli kesehatan, antropologi kesehatan di pandang sebagai disiplin biobudaya yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit. Penyakit sendiri ditentukan oleh budaya, hal ini karena penyakit merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang tidak dapat menjalankan peran normalnya secara wajar.
Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain, karena tergantung dari kebudayaan yang ada dan berkembang dalam masyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu kesehatan sampai saat ini masih ada di masyarakat, dapat turun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan bahkan dapat berkembang luas.



Budaya Masyarakat Daerah Pada Masa Kehamilan
• Upacara Mengandung Empat Bulan
Dulu Masyarakat Jawa Barat apabila seorang perempuan baru mengandung 2 atau 3 bulan belum disebut hamil, masih disebut mengidam. Setelah lewat 3 bulan barulah disebut hamil. Upacara mengandung Tiga Bulan dan Lima Bulan dilakukan sebagai pemberitahuan kepada tetangga dan kerabat bahwa perempuan itu sudah betul-betul hamil.
• Upacara Mengandung Tujuh Bulan/Tingkeban
Upacara Tingkeban adalah upacara yang diselenggarakan pada saat seorang ibu mengandung 7 bulan. Hal itu dilaksanakan agar bayi yang di dalam kandungan dan ibu yang melahirkan akan selamat. Tingkeban berasal dari kata tingkeb artinya tutup, maksudnya si ibu yang sedang mengandung tujuh bulan tidak boleh bercampur dengan suaminya sampai empat puluh hari sesudah persalinan, dan jangan bekerja terlalu berat karena bayi yang dikandung sudah besar, hal ini untuk menghindari dari sesuatu yang tidak diinginkan.
• Upacara Mengandung Sembilan Bulan
Upacara sembilan bulan dilaksanakan setelah usia kandungan masuk sembilan bulan. Dalam upacara ini diadakan pengajian dengan maksud agar bayi yang dikandung cepat lahir dengan selamat karena sudah waktunya lahir. Dalam upacara ini dibuar bubur lolos, sebagai simbul dari upacara ini yaitu supaya mendapat kemudahan waktu melahirkan, lolos. Bubur lolos ini biasanya dibagikan beserta nasi tumpeng atau makanan lainnya.
• Upacara Reuneuh Mundingeun
Upacara Reuneuh Mundingeun dilaksanakan apabila perempuan yang mengandung lebih dari sembilan bulan,bahkan ada yang sampai 12 bulan tetapi belum melahirkan juga, perempuan yang hamil itu disebut Reuneuh Mundingeun, seperti munding atau kerbau yang bunting. Upacara ini diselenggarakan agar perempuan yang hamil tua itu segera melahirkan jangan seperti kerbau, dan agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.






Peranan Seorang Bidan
Menjadi seorang bidan bukanlah hal yang mudah. Seorang bidan harus siap fisik maupun mental, karena tugas seorang bidan sangatlah berat. Di Indonesia ini jumlah bidan memang tidak sedikit, tetapi untuk di pelosok daerah masih banyak masyarakat yang belum paham akan arti dari bidan. Bidan yang siap mengabdi di kawasan pedesaan, artinya ia juga harus siap dengan konsekuensi yang akan terjadi. Tak mudah mengubah pola pikir ataupun kebiasaan masyarakat. Apalagi, masalah proses persalinan. Kehadiran tenaga medis dengan spesialisasi melayani persalinan kaum perempuan, bagi warga Mercu dan Muktitama, termasuk hal baru. Selama ini, apabila ada yang akan melahirkan mereka pada umumnya mengandalkan dukun.
Upaya Pemerintah Dalam Pembangunan Kesehatan
Menurut Menkes, Kementerian Kesehatan telah melakukan berbagai upaya percepatan penurunan AKI dan AKB antara lain mulai tahun 2010 meluncurkan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) ke Puskesmas di Kabupaten/ Kota yang difokuskan pada kegiatan preventif dan promotif dalam program Kesehatan Ibu dan Anak.
Untuk tahun ini, sebanyak 300 Puskesmas di wilayah Jawa, Bali, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Maluku dan Papua memperoleh dana operasional sebesar Rp 10 juta per bulan. Mulai tahun 2011, seluruh Puskesmas yang berjumlah 8.500 akan mendapatkan BOK.
Menkes menambahkan, salah satu upaya terobosan dan terbukti mampu meningkatkan indikator proksi (persalinan oleh tenaga kesehatan) dalam penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi adalah Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Program dengan menggunakan “stiker” ini, dapat meningkatkan peran aktif suami (suami Siaga), keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman. Program ini juga meningkatkan persiapan menghadapi komplikasi pada saat kehamilan, termasuk perencanaan pemakaian alat/ obat kontrasepsi pasca persalinan.


DAFTAR PUSTAKA
• Waskitho.Pengembangan Sistem Kesehatan Masyarakat Indonesia Berbasis Partisipasi Seluruh Masyarakat menghadapi Era Glibalisasi. http://crackbone.wordpress.com/2010/01/27/pengembangan-sistem-kesehatan-masyarakat-indonesia-berbasis-partisipasi-seluruh-masyarakat-menghadapi-era-globalisasi/. Rabu, 13 Oktober 2010
• http://zipoer7.wordpress.com/2009/09/05/upacara-adat-sunda/
• http://datastudi.wordpress.com/2009/10/26/konsep-sehat-sakit-dan-penyakit-dalam-konteks-sosial-budaya/
• http://www.dinkesjatengprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=59%3Aaki&catid=1%3Alatest-news〈=en

Aspek Sosial Budaya Tentang Kesehatan Ibu

ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERHUBUNGAN KESEHATAN IBU
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Indonesia selalu menjadi masalah pelik yang tak kunjung membaik keadaannya. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak tersebut diyakini memerlukan kondisi sosial politik, hukum dan budaya yang kondusif. Situasi kesehatan ibu dan bayi baru lahir di Indonesia sama sekali belum bisa dikatakan menggembirakan.


Ada beberapa penyebab kematian ibu yaitu :
•Perdarahan
•Hipertensi
•Infeksi
Perdarahan yang dapat menyebabkan kematian ibu terdiri atas :
1. Perdarahan post partum
2. Perdarahan berkaitan abortus
3. Perdarahan akibat kehamilan ektopik
4. Perdarahan akibat lokasi plasenta abnormal atau ablasio plasenta (plasenta previa dan absupsio plasenta), dan
5. Perdarahan karena ruptur uteri.
Hipertensi yang dapat menyebabkan kematian ibu terdiri atas :
1. Hipertensi yang diinduksi kehamilan dan
2. Hipertensi yang diperberat kehamilan.
Hipertensi umumnya disertai edema dan proteinuria (pre eklamsia). Pada kasus berat disertai oleh kejang-kejang dan koma (eklamsia). Infeksi nifas atau infeksi panggul post partum biasanya dimulai oleh infeksi uterus atau parametrium tetapi kadang-kadang meluas dan menyebabkan peritonitis, tromboflebitis dan bakteriemia.

Diagram Angka Kematian Ibu



Ada beberpa alasan menurunnya angka kematian ibu :

• Transfusi darah
• Anti mikroba
• Pemeliharaan cairan elektrolit, keseimbangan asam-basa pada komplikasi-komplikasi serius kehamilan dan persalinan.
Aspek budaya di kalangan masyarakat terhadap kesehatan Ibu
Berikut beberapa budaya yang ada di beberapa daerah terhadap kesehatan ibu hamil diantaranya :
1. Jawa Tengah :
• bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak.
2. Jawa Barat :
• ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan.
3. Masyarakat Betawi :
• berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin.
4. Daerah Subang :
• ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar karena khawatir bayinya akan besar sehingga akan mempersulit persalinan. Dan memang, selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah.Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi. Selain itu, larangan untuk memakan buah-buahan seperti pisang, nenas, ketimun dan lain-lain bagi wanita hamil juga masih dianut oleh beberapa kalangan masyarakat terutama masyarakat di daerah pedesaan. (Wibowo,1993).


Selain pada masa hamil, pantangan-pantangan atau anjuran masih diberlakukan juga pada masa pasca persalinan. Pantangan ataupun anjuraan ini biasanya berkaitan dengan proses pemulihan kondisi fisik misalnya, ada makanan tertentu yang sebaiknya dikonsumsi untuk memperbanyak produksi ASI ada pula makanan tertentu yang dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi. Secara tradisional, ada praktek-praktek yang dilakukan oleh dukun beranak untuk mengembalikan kondisi fisik dan kesehatan si ibu , misalnya mengurut perut yang bertujuan untuk mengembalikan rahim ke posisi semula memasukkan ramuan-ramuan,seperti daun-daunan kedalam vagina,dengan maksud untuk membersihkan darah dan cairan yang keluar karena proses persalinan; atau memberi jamu tertentu untuk memperkuat tubuh.


Aspek sosial di kalangan masyarakat terhadap kesehatan Ibu
Pemilihan dukun beranak sebagai penolong persalinan pada dasarnya disebabkan karena beberapa alasan antara lain dikenal secara dekat, biaya murah, mengerti dan dapat membantu dalam upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak,serta merawat ibu dan bayi sampai 40 hari. Disamping itu juga masih adanya keterbatasan jangkauan pelayanan kesehatan yang ada.
Penyebab klasik kematian ibu akibat melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklamsia (kejang-kejang yangberlebihan). Kondisi-kondisi tersebut bila tidak ditangani secara tepat dan profesional dapat berakibat fatal bagi ibu dalam proses persalinan. Namun, kefatalan ini sering terjadi tidak hanya karena penanganan yang kurang baik tepat tetapi juga karena ada faktor keterlambatan pengambilan keputusan dalam keluarga.
Umumnya, terutama di daerah pedesaan, keputusan terhadap perawatan medis apa yang akan dipilih harus dengan persetujuan kerabat yang lebih tua; atau keputusan berada di tangan suami yang seringkali menjadi panik melihat keadaan krisis yang terjadi. Kepanikan dan ketidaktahuan akan gejala-gejala tertentu saat persalinan dapat menghambat tindakan yang seharusnya dilakukan dengan cepat.
Selain dari faktor keterlambatan dalam pengambilan keputusan,adanya suatu keyakinan dan sikap pasrah dari masyarakat bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan takdir yang tak dapat dihindarkan. Jadi, Kesehatan ibu dan anak adalah pelayanan kesehatan ibu dan anak yang meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, keluarga berencana, kesehatan reproduksi, pemeriksaan bayi, anak balita dan anak prasekolah sehat.
Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping itu juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami perilaku perawatan kehamilan (ante natal care) adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri. Masyarakat masih memegang erat kepercayaan yang masih berlaku di daerah mereka .


Daftar Pustaka
 Central Bureau of Statistics et al 1995 Indonesia DemograQhic and health Survey
 Departemen Kesehatan R.I 1994 Profil Kesehatan Indonesia 1994, Pusat Data Kesehatan, Jakarta
 Foster, George M dan Barbara G. Anderson 1986 Antropologi Kesehatan, diterjemahkan oleh Meutia F. Swasono dan Prijanti Pakan. Jakarta: UI Press
Iskandar, Meiwita B., et al 1996 Mengungkap Misteri Kematian Ibu di Jawa Barat, Depok, Pusat Penelitian Kesehatan Lembaga Penelitian, Universitas Indonesia.
 Kalangi, Nico S 1994 Kebudayaan dan Kesehatan, Jakarta: Megapoin.
Koentjaraningrat dan A.A Loedin 1985 llmu-ilmu sosial dalam Pembangunan Kesehatan, Jakarta: PT Gramedia.
 Wibowo, Adik 1993 Kesehatan Ibu di Indonesia: Status "Praesens" dan Masalah yang dihadapi di lapangan. Makalah yang dibawakan pada Seminar " Wanita dan Kesehatan", Pusat Kaajian Wanita FISIP UI, di Jakarta
Aspek Sosial Budaya Yang Berhubungan Dengan Kesehatan Anak

Kesehatan anak saat ini,sangat memprihatinkan sekali banyak kasus anak yang terkena penyakit tertentu, dikarenakan tubuhnya tidak tercukupi gizi dengan baik. Semua terjadi dikarenakan masih banyak keluarga yang ekonominya rendah, sehingga mereka tidak bisa mencukupi kebutuhan nutrisi dan gizi pada anak – anak mereka.
Walaupun zaman sekarang teknologi medis sudah serba canggih,dan doker sudah banyak ada dimana – mana, tetapi masih saja ada beberapa dimasyarakat yang meyakini berbagai mitos yang ada dilingkungan sekitar. Bahkan mereka lebih memercayai mitos dari pada nasehat yang diberikan oleh dokter,dalam menyembuhkan penyakit atau lainnya yang berhubungan dengan kesehatan. Terutama pada mitos kesehatan anak.
Ada beberapa mitos yang berkembang dimasyarakat dan beberapa fakta yang diberikan oleh para ahlinya tentang kesehatan anak :
1. Jika rambut anak basah maka akan menyebabkan masuk angin
Faktanya : Seorang pakar kesehatan bernama jims scar mengatakan,dari riset yang dilakukan di negara Inggris bahwa, ketika hujan ada sekelompok anak yang dibiarkan berada ditempat yang hangat,sedangkan sekelompk lainnya dibiarkan ditempat lorong dengan kondisi basah kuyup. Beberapa jam kemudian setelah itu,ternyata anak yang dilorong dengan kondisi basah kuyup itu tidak flu maupun filek maka itu membuktiikan bahwa, kedinginan belum tentu mempengaruhi system kekebalan tubuh seseorang secara langsung.
2. Anak harus banyak makan ketika kedinginan dan banyak minum ketika demam
Faktanya : Menjaga cairan tubuh adalah hal yang harus dilakukan,agar tubuh tidak kekurangan cairan. Tapi jika seseorang terdapat banyak cairan didalam tubuhnya itu jugatidak bagus, maka dia akan mudah terkena peyakit. Maka jika anak tubuhnya tidak mengalami dehidrasi atau diare,jangan diberikan minuman elektrolit,tapi jika perlu barulah diberikan.
3. Anak akan kehilangan 75 % panas tubuh melalui kepala
Faktanya : Mitos ini berkembang karena bayi yang baru lahir harus ditutupi ketika cuaca dingin. Tapi hal ini dibenarkan karena pada kepala bayi memilikii prosentase lebih besar dari bagian tubuh yang lain. Tapi pada saat sudah besar,panas yang keluar dari kepala hanya 10 % yang keluar,karena sisa panas tubuhnya keluar melalui kaki,lengan,dan tangan.


 Diagram Angka Kematian Bayi


Ada beberapa mitos tentang vitamin yang harus kita ketahui,agar tidak salah langkah.
1. Anak kurus karena kekurangan vitamin
Faktanya : Banya orang sering berfiir,bahwa anak gemuk dan lincah pasti dia itu sehat. Padahal belum tentu seperti itu. Anak gemuk belum tentu dia cukup vitamin. Dikarenakan tubuh yang besar biasanya butuh makan lebih banyak,maka dari iu biasanya orang gemuk kekurangan darah atau mengidap anemia. Biasanya pada saat lahir, anak tersebut mendapat cadangan makanan (baik zat besi maupun vitamin) yang cukup dari ibunya. Namun seiring pesatnya pertumbuhan, ia ternyata relatif kekurangan vitamin pembentukan darah. Untuk itu harus mendapat tambahan asam folat, zat besi, dan vitamin C. Sebaliknya, anak yang kurus juga belum tentu kekurangan vitamin. Pemikiran bahwa anak gemuk itu sehat dan anak kurus tidak sehat, tidak berlaku lagi sekarang. Untuk mengetahui apakah anak kita cukup ideal, bisa menggunakan alat ukur grafik berat, tinggi dan umur yang saling dibandingkan Selain itu, faktor genetik pun bisa mempengaruhi anak menjadi kurus, gemuk, pendek, tinggi, dan lainnya.
2. Nafsu makan kurang
Faktanya : Sering kita melihat orang tua yang sembarangan memberikan vitamin pada anaknya yang sulit makan. Padahal, hilangnya nafsu makan anak disebabkan banyak hal, seperti karena sakit tenggorokan, sariawan, gigi tumbuh, gigi copot, anak flu, atau terkena TBC. Karena pemberian vitamin yang berlebihan justru bisa membuat anak kehilangan nafsu makan. Terutama jika anak kehilangan vitamin C atau asam askorbat. Asam jika dimakan berlebih akan menyebabkan perut perih. Apalagi jika anak makan tidak teratur, bisa saja terjadi luka di lambung. Tetapi pada anak kecil hal ini jarang terjadi. Untuk itu sebaiknya mengkonsumsi vitamin sesuai dosis wajarnya 50 mg.
3. Vitamnin membuat anak lebih cerdas
Faktanya : Vitamin memang bisa membuat anak cerdas, tetapi prosesnya tentu saja tidak langsung. Cerdas itu terjadi karena anak mengalami perkembangan. Misalnya cepat bicara, berjalan, bermain, dan lainnya. Jadi bukan semata – mata karena anak minum vitamin lalu anak bisa langsung cerdas,tapi semua itu ada prosesnya.

Daftar Pustaka
• http://www.tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/Anak/Mitos-Mitos-Tentang-Vitamin
• http://www.google.com/blog-eblog.blogspot.com/2010/09/12